Blogroll

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 25 September 2012

“Takdir Tuhan Yang Tak Bisa Di Ubah”



       
Oleh: sofwandzikry13


           Waktu itu 28 Oktober 2011 kabar buruk menghampiri diriku, ayah tercintaku jatuh sakit dan harus di rawat di ICU di rumah sakit yang ada di Bandung. Kabar mengejutkan yang membuat saya untuk pertama kalinya  menangis adalah ayah saya harus di kejut jantung.
           Aku menangis memohon kepada Allah SWT  yang terbaik untuk ayah tercintaku saat itu sebernarnya aku tidak boleh menengok saat dilakukannya kejut jantung tetapi aku menoba menengok dan ayahku melihat aku sambil berkata “ivan” disana aku sudah tak bisa menahan air mata ini untuk terus  mengalir.
           Alhamdulillah, beliau memperlihatkan peningkatan tinggi setelah di kejut jantung namun masih harus di rawat di ICU dan belum bisa di pindahkan, semakin hari ke hari ayahku memperlihatkan peningkatan dan pada tanggal 9 oktober aku sempatkan pulang dari rumah sakit karena esok hari ada ulangan mata pelajaran di sekolah dan juga karena kondisi ayah yang terus meningkat. Sebelum aku pulang aku sempat menengok ayah ke ruang ICU aku salam pada ayah yang waktu itu tidak bisa bicara sepatah katapun karena selang pembantu pernafasan aku sempat memegang tangannya yang aku bayangkan waktu itu adalah “ayahku adalah orang terhebat yang pernah ada” selama ini dia masih bertahan walau memakai alat bantu pernafasan disini aku malu untuk menangis aku seperti pecundang di banding ayah yang tak pernah ngeluh selalu sabar dan kuat apabila di beri cobaan, dan  kata-kata terakhirku waktu itu adalah “SEMANGAT PA !” sambil menahan tangis. Sebernarnya aku ingin mengobrol panjang sekali namun karena keadaan yang tidak memungkinkan.
          Aku pulang namun tak lama setelah sore menjelang, telephone  dari ibuku membuatku kembali menunduk dan hati ini berkata ya Allah SWT kenapa harus ayahku yang kau beri cobaan sampai seperti ini, ibuku memberi kabar bahwa keadaan ayah turun derastis dan harus di kejut jantung lagi kalau tidak kondisinya akan semakin parah, pada tanggal 1 Oktober waktu itu berbarengan dengan hari keberangkatan ibadah haji kakak ibu saya. Dengan kabar dari ibu aku pun berangkat dan pamit pada saudara yang menunggu di cianjur,  ke bandung dengan saudaraku waktu itu dan baru sampai di maleber cianjur kakak perempuanku menelepon sambil menangis dan memberi tahu sekitar pukul 19.00 bahwa ayah tercintaku telah tiada  aku sempat menangis namun uwa atau kaka ibuku menasehatiku agar jangan menangis aku berhenti menangis, dan sesampainya di Bandung aku lari masuk ke rumah sakit dan aneh kenapa setelah di nasehati tadi aku tidak menangis saat aku melihat ayah saya terbaring tak berdaya walaupun ibu dan kakak perempuan saya menangis atas kepergian ayah, pada pukul 00.02 jasad ayah sampai di Cianjur.
         Sampai saat ini aku masih berfikir kenapa ayahku harus meninggal pada saat saya tidak dekat dengan beliau rasa sesal ini hilang setelah saya tahu bahwa ini adalah takdir dari Allah SWT yang siapapun tidak pernah tau waktu dan tempat kita meninggal dan hanya Allah SWT yang tau itu, aku hanya beranggapan bahwa dengan kepergian ayah aku bisa berubah menjadi anak yang baik dan berbakti pada orang tua juga apa yang di berikan Allah SWT pada kita adalah yang terbaik. “DEAR FATHER I WILL ALWAYS BE MISSED”.